ISIS kini bisnis jual beli budak, gadis remaja dihargai Rp 1,6 juta - Media Multi Cahya

ISIS kini bisnis jual beli budak, gadis remaja dihargai Rp 1,6 juta

Share This
Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) diyakini menerapkan jual beli budak di wilayah yang mereka kuasai sejak November tahun lalu. Namun baru pekan ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa membenarkan bahwa para militan khilafah menjual tawanan mereka.
Utusan Khusus PBB untuk kasus kekerasan seksual di wilayah konflik, Zainab Bangura, mengatakan pamflet daftar harga budak milik ISIS di selatan Irak akurat. Dia menyesalkan tindakan tak beradab yang dilakukan militan terhadap manusia lainnya.
"Para wanita itu dijajakan seperti bensin eceran," ungkapnya seperti dilansir Russian Times, Kamis (6/8).
PBB memperoleh daftar ini sejak beberapa bulan lalu, tapi sempat menolak berkomentar karena keasliannya diragukan. Kini, lembaga internasional itu mengakui ISIS memang menjalankan sistem perbudakan secara sistematis.
ISIS rata-rata menjual budak tawanan mereka yang berasal dari etnis minoritas Kristen Yazidi. Bocah perempuan di bawah 9 tahun dihargai paling mahal, sebesar USD 165 (setara Rp 2,2 juta). Sedangkan gadis remaja sebanyak USD 124 (setara Rp 1,6 juta).
Paling murah adalah perempuan di atas 40 tahun yang dijual oleh pejuang khilafah. Wanita tua hanya dihargai USD 41 (Rp 554 ribu). Pemerintahan ISIS menjajakan para budak itu kepada orang kaya di sekitar kawasan pendudukan, atau ke sesama militan berpangkat tinggi.
Bangura, yang mengkaji kondisi warga wilayah ISIS melalui Yordania dan Turki beberapa bulan terakhir, menemukan fakta mengejutkan bahwa satu budak perempuan bisa dijual kepada lebih dari lima lelaki.
"Wanita ini ditawarkan kembali ke keluarga mereka dengan tebusan ribuan dollar," kata Bangura.
Melihat runyamnya kondisi wilayah yang dikuasai ISIS, Bangura mendesak PBB mengajak seluruh negara untuk menjalankan penanganan bukan melalui operasi antiterorisme. Kota-kota yang dikuasai ISIS, contohnya Mosul, dikendalikan dari sisi ekonomi, layanan sosial, hingga sistem kesehatan. Perbudakan wanita ini, termasuk penentuan tarif serta aturan mainnya, dijalankan oleh instansi khusus yang dikendalikan ISIS.
"ISIS ini berbeda. Mereka memiliki kombinasi militer konvensional dan organisasi negara yang dijalankan dengan baik," kata Bangura.

Tidak ada komentar:

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages