JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berada di zona merah sepanjang pekan kemarin. Hal ini dikarenakan banyaknya gempuran sentimen negatif, sehingga laju Rupiah masih berada di zona merah.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, ditambah lagi dengan sentimen negatif dari baht Thailand dan sejumlah mata uang emerging market lainnya, serta laju Euro yang masih bergerak melemah terhadap dolar AS, terutama setelah beredar spekulasi pihak berhaluan kiri akan dapat memenangkan pemilu Uni Eropa.
"Sehingga muncul kekhawatiran akan menghambat upaya Europan Central Bank (ECB) dalam meningkatkan pemulihan di Zona Euro," ucap Reza dalam risetnya, Jakarta, Minggu (1/6/2014).
Reza menambahkan, pelemahan yang terjadi pada Rupiah dimanfaatkan pelaku pasar untuk kembali mentransaksikannya, sehingga dapat kembali menguat meski tipis.
"Apalagi dengan menguatnya yen Jepang setelah nilai tukar Euro menunjukkan pelemahan dengan respons negatif, terhadap kenaikan di atas estimasi angka pengangguran Jerman," paparnya.
Selain itu, menguatnya nilai tukar yen Jepang juga ditopang spekulasi Bank of Japan (BoJ) akan berencana memperluas pelonggaran moneter, untuk memenuhi target inflasi.
Menguatnya nilai tukar Yen seiring rendahnya rilis housing starts yang dibarengi dengan kenaikan inflasi Jepang memberikan sentimen positif bagi Rupiah sehingga dapat melanjutkan kenaikannya.
"Meski demikian, penguatan yang terjadi di akhir pekan belum dapat mengimbangi pelemahan sebelumnya. Laju Rupiah masih bertahan di atas target support Rp11.640 per USD. Laju Rupiah di level Rp11.638-Rp11.605 menurut kurs tengah Bank Indonesia," tukas dia. (mrt)
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, ditambah lagi dengan sentimen negatif dari baht Thailand dan sejumlah mata uang emerging market lainnya, serta laju Euro yang masih bergerak melemah terhadap dolar AS, terutama setelah beredar spekulasi pihak berhaluan kiri akan dapat memenangkan pemilu Uni Eropa.
"Sehingga muncul kekhawatiran akan menghambat upaya Europan Central Bank (ECB) dalam meningkatkan pemulihan di Zona Euro," ucap Reza dalam risetnya, Jakarta, Minggu (1/6/2014).
Reza menambahkan, pelemahan yang terjadi pada Rupiah dimanfaatkan pelaku pasar untuk kembali mentransaksikannya, sehingga dapat kembali menguat meski tipis.
"Apalagi dengan menguatnya yen Jepang setelah nilai tukar Euro menunjukkan pelemahan dengan respons negatif, terhadap kenaikan di atas estimasi angka pengangguran Jerman," paparnya.
Selain itu, menguatnya nilai tukar yen Jepang juga ditopang spekulasi Bank of Japan (BoJ) akan berencana memperluas pelonggaran moneter, untuk memenuhi target inflasi.
Menguatnya nilai tukar Yen seiring rendahnya rilis housing starts yang dibarengi dengan kenaikan inflasi Jepang memberikan sentimen positif bagi Rupiah sehingga dapat melanjutkan kenaikannya.
"Meski demikian, penguatan yang terjadi di akhir pekan belum dapat mengimbangi pelemahan sebelumnya. Laju Rupiah masih bertahan di atas target support Rp11.640 per USD. Laju Rupiah di level Rp11.638-Rp11.605 menurut kurs tengah Bank Indonesia," tukas dia. (mrt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar